Sukseskan Indonesia Menjadi Raja Ekonomi Digital di Era Disrupsi


Semenjak Presiden Joko Widodo menegaskan akan bawa Indonesia menjadi raja ekonomi digital terbesar di Indonesia Business Development Expo 2017 (IBDExpo) lalu. Maka para pengusaha dan calon pengusaha merasa dibukanyanya jalan untuk berlomba ke sana.

Ada yang mengatakan di era disrupsi atau biasa disebut fenomena masyarakat menggeser aktivitasnya dari dunia nyata ke dunia maya adalah ancaman. Justru, ini adalah tantangan bagi Indonesia menjadi Raja Ekonomi Digital.

Apalagi pertumbuhan pengguna internet di dunia semakin tinggi. Dari total populasi dunia yang mencapai 265 juta jiwa ternyata 56 persennya atau sekitar 143,26 juta jiwa tersebut adalah pengguna internat aktif. Total pengguna internet ini dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berdasarkan hasil suvei bertajuk "Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017".

Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite, 120 juta orang Indonesia merupakan pengguna aktif smartphone. Ini artinya masyarakat Indonesia semakin melek dengan digital. Dan memang era disrupsi ini semakin nyata.







Awal Mula

Sebetulnya, ekonomi digital di Indonesia terlihat ketika munculnya beberapa website seperti Bhinneka.com tahun 1996 dan forum komunitas online seperti Kaskus tahun 1999. Di sanalah bermula masyarakat Indonesia mencoba-coba menjual barangnya di era digital.

Beberapa tahun kemudian, muncul berbagai situs jualan online, seperti glodokshop.com, datakencana, wetmarket dari Singapura, FastnCheap dari Surabaya, LippoShop, iklanbaris.co.id, gadogado.net, berniaga.com.



Kemudian, muncul marketplace Tokobagus dan Tokopedia pada tahun 2009 sebagai pijakan dan acuan marketplace di beberapa tahun mendatang. Suksesnya Tokobagus membuat banyak calon pengusaha dan pengusaha iri hati. Sehingga banyak yang mencoba kesuksesan Tokobagus. Meski demikian nantinya Tokobagus dan berniaga dibeli oleh Naspers pada tahun 2014 dan berganti nama menjadi OLX.


Setahun kemudian muncul Go-jek yang digawangi oleh Nadiem  Makarim. Yang tadinya dianggap aplikasi sepele ternyata malah membuat terdesak tukang ojek tradisional. Mereka yang tadinya menjadi pengusaha mandiri atau promosi sendiri secara tradisional, menjadi karyawan Go-jek untuk mendapatkan uang tambahan sebagai pengojek. Dan faktanya di saat itu, mereka yang ikut Go-jek bisa mendapatkan sembilan juta rupiah dalam sebulan.


Bahkan UI sampai melakukan riset, para pengemudi roda dua itu yang menjadi Go-Jek. Apakah benar penghasilan mereka meningkat.

Hasil riset LD FEB UI terhadap mitra pengemudi roda dua mengungkapkan GO-JEK berkontribusi Rp8,2 triliun per tahun ke ekonomi nasional dari penghasilan mereka. Selain itu diperkirakan ada tambahan Rp 1,7 triliun per tahun yang masuk ke ekonomi nasional dari penghasilan mitra UMKM GO-FOOD.





Di tahun yang sama, Bukalapak yang digawangi  Achmad Zaky juga beroperasi. Bahkan dari luar negeri, seperti Rakuten, Zalora, hingga Alibaba ikut masuk ke Indonesia.

Tokopedia di tahun 2014 menjadi startup pertama yang menerima investasi dengan nilai USD 100 juta atau setara dengan Rp 1,2 triliun saat itu. Dan di tahun 2017, Tokopedia mendapat investasi mencapai 14 triliun.

Pangsa Pasar Potensial
Dengan jumlah pengguna aktif smartphone mencapai 120 juta jiwa sebetulnya merupakan pangsa pasar potensial Indonesia menjadi raja ekonomi digital. Apalagi dilihat dari latar belakang sebelumnya, banyak perusahaan yang bergerak di ekonomi digital berhasil dan sukses.


Bahkan google sempat meriset bahwa di tahun depan pengguna internet di indonesia semakin besar, dan Indonesia akan merajai ekonomi digital pada tahun 2025.

Hal ini karena 46 persen pengguna internet ternyata menggunakan layanan pembayaran digital Indonesia.

Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf  juga menyampaikan data-data hasil riset bersama dengan Head of Strategy & Insight Google Asia Tenggara, Samuele Saini.

Indonesia menurutnya akan menjadi tempat persaingan banyak e-commerce di dunia, seperti Shopee, Lazada. Sehingga kemungkinan pasar e-commerce akan tumbuh di Indonesia dikarenakan jumlah pengguna pembayaran lewat internet dan pengguna intertet aktif di smartphone terbesar ada di Indonesia.



Pertumbuhan perusahaan transportasi daring seperti Go-Jek dan Grab juga tak luput dari riset Google Indonesia. Dari data Google misalnya, nilai sebesar US$3,7 miliar di semester 1 2018 dan diprediksi akan meningkat jadi senilai US$14 miliar pada 2025.

Hal itu didukung oleh pertumbuhan ride hailing yang cukup masif dari Go-Jek dan Grab sejak 2015 sampai enam bulan pertama tahun 2018.

Sehingga jika ingin berbisnis digital, menurut Google Indonesia adalah dimulai dari sekarang. Sehingga di tahun 2025 nanti tinggal memetik hasil yang sangat besar.

Cara Mensukseskan

Agar nantinya benar-benar menjadi Raja Ekonomi Digital. Tentunya banyak hal yang perlu dipersiapkan dari sekarang oleh pemerintah.

1. Sumber Daya Manusia
Di era disruptif ini pastinya akan ada pergeseran dalam tenaga kerja dan mulai individual. Sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia yang mempunyai kualitas dalam life skill atau kecakapan dalam menghadapi permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif. Karena dengan tumbuhnya ekonomi digital, bukan hanya sekedar pintar di bidang akademik.

2. Buka Pinjaman Usaha dengan bunga rendah
Pemerintah harus membuka pinjaman usaha dengan bunga rendah. Sehingga akan banyak calon pengusaha maupun pengalaman untuk membuka lapangan kerja baru di dunia digital.

Apalagi menurut google, kategori yang akan tumbuh terus adalah media online, online travel, transportasi online dan e-commerce.


Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan sejak tahun 2015. Nilai ekonomi internet di Indonesia merupakan terbesar se-Asia Tenggara mencapai 27 miliar 2018 dan diperkirakan akan meningkat hingga 100 miliar di 2025.

Semoga dengan ini kita dan pemerintah bersama-sama sukseskan Indonesia menjadi Raja Ekonomi Digital. Ayo bergerak!



Tidak ada komentar :

Posting Komentar